31 January 2013

Untuk Apa dan Siapa Anda Menulis Artikel Blog?


Hobi seorang blogger, sekaligus pengguna internet, adalah surfing, browsing, membaca artikel-artikel blog, mengambil manfaat, mengetahui hal baru, dan menyerap ilmu yang ada di dalam artikel-artikel tersebut. Sebagai blogger, saya memahami betul bahwa menulis bukanlah pekerjaan sambil lalu, sehingga menilai sebuah artikel/konten blog secara strictlysepertinya bukanlah hal yang bisa dilakukan semena-mena.

Tapi sebagai pembaca umum, layaknya seluruh pengguna internet di dunia ini, kadang saya merasa agak jengah apabila membaca artikel yang penuh dengan keyword-keyword tidak jelas atau isinya membingungkan, bahkan kadang tidak bisa mengambil intisari apapun.

Untuk Siapa atau... Apa?

Tidak diragukan lagi bahwa menulis artikel (konten) blog adalah pekerjaan besar. Tidak perlu menjadi seseorang yang jenius untuk mengetahui hal ini. Setiap hari, ribuan artikel blog baru diterbitkan dan dirilis ke dunia internet, demikian pula dengan pemunculan blog-blog baru yang kian hari kian berjejal. Sebagian memberikan kesan dan menarik perhatian, sebagian lainnya kehilangan atau tidak punya intensi sama sekali. Konten tersebut tidak ditulis untuk orang yang tepat. Hah? Bagaimana bisa? Maksud saya, konten tersebut tidak ditulis untuk orang-orang sebagaimana yang ditargetkan oleh judul dan isi  konten itu.

Untuk lebih memperjelas, artikel blog setidaknya memiliki 3 pilihan target:
1. Pembaca
2. Google
3. Penulis blog sendiri

Yang pertama sudah jelas.Yang kedua, sudah jelas pula jika si Blogger sudah berkenalan dengan dunia SEO blog, dan terutama mentarget Google. Yang ketiga? Maksudnya gimana tuh, om? Mungkin agak tidak masuk akal,  tapi motivasi untuk poin ketiga ini sangat jelas, dan dapat dibaca dari artikel yang ditulis. Saya akan membahasnya belakangan.

Faktor Readability dan Tujuan Penulisan

Readability bisa diartikan sebagai kemampuan sebuah tulisan untuk bisa dibaca dan dicerna dengan baik oleh pembaca. Kaitannya adalah dengan kenyamanan membaca. Faktor-faktornya ditentukan pada susunan tulisan, seperti, misalnya, font yang dipilih, panjang pendek paragraf, diksi atau pilihan kata, penggunaan heading untuk memilah, komposisi, struktur, dan lain sebagainya; serta kualitas isi konten/artikel. Hal ini menjadi prasyarat untuk bisa membuat artikel (blog) yang menarik dan dapat dibaca dengan nyaman. 

Tujuan penulisan berpengaruh besar pada penggunaan faktor-faktor tersebut. Jika anda membuat artikel untuk pembaca, tentu akan sangat mawas dengan format tulisan dan kualitas artikel yang anda buat:  Apakah sudah enak dibaca? Apakah isinya sudah pantas disuguhkan? Sayangnya, saya banyak menemui artikel blog dengan struktur yang ala kadarnya, karena tidak lain tujuannya adalah sekedar untuk Google. Google adalah mesin, yang tidak memperhatikan kenyamanan, hanya membaca tag-tag dan isi teks tanpa memperhatikan faktor-faktor lainnya. Tidak jarang, artikel-artikel demikian cuma berisi keyword-keyword yang dipaksakan dan ditumpuk sebanyak-banyaknya agar Google mengetahui penekanannya. Istilah jawanya, "mekso banget...".

Dalam hasil pencarian, beberapa artikel tampak wah, menakjubkan, ditandai dengan judul yang bombastis, "5 Tips Praktis Menjadi Blogger Profesional", "10 Cara Menakjubkan Meraup Dollar dari Internet, Terbukti!", dan sejenisnya. Setelah pengunjung klik dan masuk pada halaman yang dimaksud, isinya kosong melompong. Hanya berisi keyword-keyword, beberapa baris kalimat, serta tidak ada pembahasan atau solusi yang jelas.

Menghindari Penulisan Artikel Spam

Google sudah menegaskan berkali-kali bahwa sebuah konten web harus memiliki penekanan nilai (valuable content) untuk pembaca. Alih-alih, konten atau artikel yang hanya ditujukan pada Google (spam content) berbahaya bagi usaha SEO yang dilakukan karena Google menganggapnya merugikan pembaca dan mengotori hasil pencarian. Tugas Algoritma Google Panda ada di wilayah ini

Cara untuk menghindari cap spam oleh Google sederhana sekali: pikirkan pembaca. Memberikan penekanan pada kepentingan pembaca akan menghindarkan anda dari upaya-upaya spamming. Ketika hendak menyisipkan keyword, misalnya, pikirkan apakah pembaca akan merasa bingung, tidak nyaman, dibuat berputar-putar? Jika tidak memungkinkan menyisipkan keyword secara natural, urungkan.

Menurut hemat saya, artikel yang ditulis secara natural akan menghadirkan rangkaian-rangkaian keyword dengan sendirinya, sehingga, bagi saya pribadi, saya lebih suka untuk tidak berpikir tentang menyisipkan keyword sama sekali. Namun demikian, apabila anda merasa masih ada kebutuhan untuk itu, berikan perkiraan persentase. Jika harus disampaikan dalam bentuk proporsi angka, yah.. kira-kira berikan sekitar 70% untuk pembaca dan 30% untuk Google.

Semua Tentang Saya

Seperti yang disinggung sedikit di atas, ada satu lagi tujuan penulisan artikel blog: untuk penulis artikel blog itu sendiri. Yang saya maksud adalah si blogger terlalu banyak memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan kebutuhan pembaca. Ada 2 konteks:

1. Terlalu banyak berbicara tentang diri sendiri, yang seharusnya cukup dia simpan sendiri. Kecuali blog-blog yang benar-benar bersifat pribadi. Istilah inipun juga rancu karena sebenarnya tidak ada blog yang benar-benar pribadi (kecuali di-setting untuk hanya bisa dibaca diri sendiri, yah semacam diary lah he..he..).  Ingat, blog bukan Facebook. 

Ini jauh berbeda dengan konteks menyampaikan sebuah pengalaman yang dapat diambil intisari, solusi, dan pelajarannya bagi kepentingan atau masalah orang lain, atau yang memiliki unsur hiburan. Konsep yang diusung adalah cerita, ada pemilihan topik yang disadari betul oleh penulisnya. Ada beberapa cerita pribadi yang sangat menarik, menghibur, memberikan pengalaman, pelajaran, seperti misalnya artikel-artikel di salah satu blog favorit saya, blog mbak Dewi Fatma, atau salah satu blog yang cukup terkenal, Raditya Dika. Meskipun tampak sebagai cerita sehari-hari dan personal, tapi tidak bisa dilepaskan dari unsur kepenulisan naskah cerita: pemilihan topik, konsep, dan seterusnya.

Pengcualiannya, ini sah jika anda memang benar-benar membuat blog untuk berkomunikasi, bercerita, dan berkeluh kesah dengan teman lainnya. Jangankan pembaca umum, SEO pun tidak diperlukan. Tapi jika anda membuat judul-judul yang bersifat umum, makabertanggungjawablah secara keseluruhan terhadap pembaca umum.

2. Terlalu banyak mengumbar informasi pribadi yang tidak perlu, misalnya tentang keahlian-keahlian teknis dan tingkat pengetahuan anda pada suatu topik yang dibicarakan. Ini tidak perlu. Gunakan "saya" sebagai subyek dalam artikel, tapi bukan "tentang saya". 

Biarlah pembaca sendiri yang membuat kesimpulan tentang keahlian anda melalui tulisan-tulisan anda tanpa harus mendapatkan penjelasan tentang keahlian dan bidang apa yang anda kerjakan di dalam artikel.

Jika memang diperlukan sediakan ruang, halaman "tentang saya" atau "about me", atau website/blog khusus yang memberikan penjelasan tentang keahlian anda dan atau jasa yang ditawarkan. Pembaca yang penasaran pasti akan mencari informasi tentang anda. Jika informasi tersebut disampaikan di dalam konten/artikel, pembaca akan merasa terlalu dijejali informasi tentang anda, anda, dan anda. Mereka datang untuk mencari informasi, wacana, tawaran, solusi, atau hiburan; bukan informasi tentang anda.

Kesimpulan

Apabila diramu dengan tepat, konten blog adalah media yang ampuh untuk membangun keterlibatan diri  anda dengan pengunjung. Memikirkan pembaca dan meramu konten dengan baik akan membantu anda membangun otoritas pada niche yang diusung. Namun demikian, tidak sedikit blogger yang memiliki motivasi menulis hanya untuk Google atau dirinya sendiri. Jika ini terjadi, maka kemungkinan besar pengunjung tidak akan datang untuk kedua kalinya dan seterusnya. Konten berkualitas dan ditujukan untuk membantu pembaca akan memiliki kesempatan besar untuk dibagi, dijadikan referensi, dan membuat pengunjung  menanti-nanti konten anda berikutnya.

Previous Post
Next Post

0 komentar: